Jakarta, Agustus 2025 – CNBC Indonesia sukses menyelenggarakan Sharing Session bertajuk “The Future EV in Mining Industry” pada Selasa (26/8/2025), bertempat di Bimasena, The Dharmawangsa, Jakarta. Acara ini berlangsung pukul 15.00 – 17.00 WIB dan menghadirkan para tokoh penting industri kendaraan listrik serta pertambangan Indonesia.
Narasumber Terkemuka Hadir
Sejumlah pembicara utama turut hadir dalam forum ini, di antaranya:
- Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko – Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (PERIKLINDO)
- Sudirman Widhy Hartono – Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI)
- Hendra Sinadia – Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA)
- Kelik Irwantono – Direktur Utama PT Mobil Anak Bangsa Indonesia (MAB)
- Ahmad Kharis – Wakil Ketua Umum I Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (ASPINDO)
Dorongan Global dan Tantangan Transisi Energi
Diskusi ini berangkat dari isu global tentang transisi energi dan keberlanjutan. Pemerintah saat ini tengah mendorong penggunaan biodiesel, dari B40 menuju B50. Namun, pelaku industri alat berat melaporkan sejumlah kendala, seperti penurunan performa mesin, kerak pada injektor, serta kebutuhan perawatan yang lebih intensif.
Di tengah tantangan tersebut, kendaraan listrik (EV) mulai dilirik sebagai solusi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada biodiesel, menekan biaya operasional jangka panjang, sekaligus mengurangi emisi karbon. Meski demikian, adopsi EV juga menghadapi hambatan, antara lain penyediaan infrastruktur charging, penyesuaian teknis sesuai kondisi tambang, hingga investasi awal yang besar.
Pandangan Para Pemimpin Industri
Dalam keynote speech, Moeldoko menekankan bahwa penggunaan EV bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga kontribusi nyata masyarakat dan dunia usaha bagi negara. Menurutnya, anggaran subsidi BBM yang mencapai Rp150 triliun pada 2025 dapat dikurangi jika penggunaan EV semakin meluas.
“Kalau semua bisa dikurangi subsidinya, maka banyak sekali negara akan menerima sumbangan dari teman-teman,” ujarnya.
Sementara itu, Sudirman Widhy Hartono menjelaskan potensi penghematan biaya bahan bakar yang signifikan jika truk tambang beralih ke EV. Namun ia menekankan, efektivitas EV masih terbatas pada jalur yang relatif datar, sedangkan banyak tambang memiliki kedalaman hingga 100 meter.
Dari sisi industri, Kelik Irwantono mendorong pemerintah agar menghadirkan subsidi khusus untuk truk listrik, sebagaimana kebijakan subsidi bus listrik yang sudah berjalan. Dukungan regulasi ini diyakini dapat mempercepat adopsi EV di sektor pertambangan.
Adapun Ahmad Kharis menyoroti bahwa bahan bakar menjadi komponen biaya terbesar operasional tambang, yakni 30–40%. Oleh karena itu, menurutnya, faktor utama yang harus diperhatikan perusahaan sebelum beralih ke EV mencakup kepastian kontrak jangka panjang, infrastruktur energi yang memadai, serta dukungan finansial dari pemerintah, perbankan, maupun produsen.
Rangkaian Acara
Acara dibuka dengan keynote speech oleh Moeldoko, kemudian dilanjutkan sesi diskusi interaktif bersama para narasumber, sesi tanya jawab, hingga penutupan. Para peserta mendapatkan pemahaman mendalam mengenai peluang dan tantangan adopsi kendaraan listrik di sektor pertambangan, yang dinilai strategis untuk mendukung daya saing sekaligus kelestarian lingkungan.
Sharing Session ini diharapkan menjadi langkah awal mendorong kolaborasi antara pemerintah, asosiasi industri, dan pelaku usaha tambang untuk mempercepat transformasi menuju operasi pertambangan yang lebih ramah lingkungan, efisien, serta berdaya saing di kancah global.
credit: www.cnbcindonesia.com

